Jumat, 05 Juni 2015

Ibu rumah tangga pemburu syurga


Banyak yang beranggapan profesi sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan sepele yang tidak ada istimewanya. Dibanding para wanita karir yang pergi pagi pulang sore (kadang malam) untuk bekerja di kantoran, ibu rumah tangga acap kali dinilai beberapa level di bawahnya. Ironisnya, masih banyak di antara ibu rumah tangga itu sendiri yang ketika ditanya apa aktivitasnya, maka dengan malu-malu ia berujar, “Cuma ibu rumah tangga.”.

Padahal, ibu rumah tangga adalah seorang ratu. Ia menjadi pemimpin di rumah suaminya. Dan hal tersebut merupakan pekerjaan dan karir terberat dibanding segala profesi yang ada. Balasannya pun tidak main-main, yaitu sesuatu yang lebih baik dari dunia dan segala isinya, ialah surga.

Rasulullah saw bersabda,

“Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita shalihah –wanita yang baik dalam agamanya, rumah tangganya, serta pergaulannya.” (HR. Muslim)

“Sebaik-baik wanita ialah, jika kau pandang ia menyenangkan-mu, jika kau perintah ia menaatimu, jika kau tinggalkan ia menjaga-mu dalam hal harta dan menjaga dirinya.” (HR. An Nasa’i)

“Wanita itu pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)

Betapa hebat bukan seorang ibu rumah tangga. Tak perlu susah payah meniti jenjang karir, tak juga perlu berjuang keras untuk meraih promosi jabatan dalam perusahaan. Di rumah suaminya, ia langsung menjadi seorang pemimpin yang jika ia berlaku amanah, maka reward-nya adalah surga.

Untuk meraih surga tersebut, ibu rumah tangga tidak perlu pergi jauh-jauh, cukup berlaku istiqomah dalam melakukan hal-hal sebagai berikut:

Semua Bermula dari Niat

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Oleh karena itu, niatkanlah segala aktivitas kebaikan di dalam rumah dalam rangka ibadah kepada Allah. Agar segalanya tidak menjadi sia-sia. Yang paling utama, jangan lupa untuk mengawali dengan Basmallah setiap aktivitas kita.

Membersihkan dan Merawat Rumah

Rumah merupakan tempat menciptakan ketenangan, cinta, dan keimanan. Tempat seseorang bertemu dengan belahan jiwanya, juga dengan cahaya-cahaya matanya. Sehingga rumah penting untuk dibersihkan dan ditata rapi agar terlihat indah.

Rumah yang bersih dan rapi niatkanlah untuk dijadikan taman bagi seluruh anggota keluarga, tempat hati menemukan rasa nyaman yang meningkatkan semangat untuk melakukan amal shalih.

Tak sekedar kebersihan rumah yang perlu diperhatikan, tapi juga segala yang berkaitan dengan rumah serta penghuninya, termasuk pakaian suami dan anak-anak.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu dari Rasulullah saw,

“Jika seorang istri mencuci pakaian suaminya maka Allah akan mencatatnya memperoleh seribu pahala, mengampuni seribu dosa, mengangkat derajatnya seribu tingkatan, dan akan dimintakan ampun oleh segala sesuatu yang terkena sinar matahari.”
Berhias untuk Suami

Adalah dianggap lumrah oleh sebagian besar para istri, jika di rumah berpenampilan bukan lagi apa adanya, tapi sudah pada taraf di bawah standar adanya. Baju kucel, wajah mengkilat karena berminyak, bahkan terkadang bau. Sementara jika keluar rumah, justru sebaliknya, berhiasnya pun bisa memakan waktu berjam-jam untuk memperlihatkan kecantikannya kepada orang lain yang bukan mahram.

Padahal selain hal tersebut masuk dalam kategori tabarruj yang diharamkan oleh Islam, Rasulullah saw pun bersabda,

“Tiap-tiap wanita yang menggunakan harum-haruman, kemudian keluar melewati sekelompok kaum supaya dicium baunya oleh kaum itu maka dia telah berzina dan setiap mata yang memandangnya telah ikut berzina.” (HR. Ahmad, At-Thabrani, Al-Baihaqi, dan Al Hakim)

Oleh karena itu, niatkanlah berhias untuk suami agar suami cenderung kepada istri, yang mana hal tersebut merupakan sarana menggapai rida Allah SWT.

Menuntut Ilmu

Jika urusan fisik selesai, jangan merasa cukup. Sebagai seorang istri, terlebih ibu, wanita adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, kita tidak boleh lalai dalam meningkatkan keilmuan kita, lebih-lebih dalam urusan ilmu agama.

Selain sebagai madrasah bagi anak-anak, seorang istri juga dituntut untuk mampu menjadi partner bagi sang suami dalam berdiskusi maupun memecahkan suatu problematika hidup yang tentu harus dilandasi dengan iman dan juga ilmu.

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda,

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (Shahih, Shahihul Jaami’ no.793)

Dari rumah, ilmu bisa diperoleh dari berbagai jalan. Mulai dari membaca buku, mendengarkan ceramah dan tausiyah dari siaran radio dan televisi, hingga browsing di internet.

Mendidik Anak Menjadi Generasi yang Sholeh
Yang pertama dan paling utama adalah menanamkan aqidah yang kuat pada diri anak-anak.  Mengajarkan anak tentang konsep tauhid harus dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan.

Orang tua hendaknya senantiasa memperkenalkan Allah dengan bahasa-bahasa Al Qur’an. Dan ketika anak sudah mampu bicara, latihlah dengan mengucap Bismillah (ketika hendak melakukan suatu kebaikan; makan, minum, dll), Alhamdulillah (ketika mendapatkan nikmat dari Allah; setelah makan, ketika memperoleh sesuatu, dll), Subhanallah (ketika melihat keindahan ciptaan Allah), Astaghfirullah (ketika berbuat salah), insya Allah(ketika hendak berjanji), dan lain-lain.

Yang berikutnya adalah melatih anak-anak mengerjakan shalat. Sebab, begitu pentingnya shalat sebagai jalan manusia untuk tunduk kepada Allah, sampai-sampai Nabi Ibrahim memohon agar dirinya dan keturunannya dijadikan orang-orang yang tetap menegakkan shalat.

Kemudian yang tak kalah penting adalah mengajarkan Al Qur’an. Rasulullah saw bersabda,

“Adakanlah janji dengan Al Qur’an ini. Demi yang memegang jiwa Muhammad, Al Qur’an ini lebih cepat hilang (dari dada seseorang) daripada seekor unta dari tambatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, mengajarkan hukum halal-haram juga tak kalah penting. Sama pentingnya dengan mengajarkan akhlaq mulia sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah akhlaq mereka.” (HR. Ibnu Majah)

Menjaga Kualitas Ruhiyah
Menjadi seorang super mom sangat perlu menjaga kekuatan ruhiyah, diantaranya adalah dengan membiasakan diri membaca Al Qur’an.
Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya orang yang di dalam rongganya tiada melekat sesuatu ayat Al Qur’an maka ia laksana rumah bobrok.” (HR. Tirmidzi)

Selain itu, melaksanakan amalan sunnah secara kontinyu juga memberikan pengaruh yang signifikan pada kekuatan ruhiyah seseorang. Diantaranya adalah, menjalanka shalat tahajud di sepertiga malam terakhir, menjalankan shaum sunnah, serta memperbanyak dzikir dan tilawah.

Lakukan Sekarang

Kita bukan ibu rumah tangga biasa. Tapi kita luar biasa. Sebab pada dasarnya, seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk menjadi pendamping setia perjuangan suami serta mendidik anak-anaknya agar tumbuh menjadi generasi yang sholeh, adalah sebuah pekerjaan yang prestisius. Itulah wanita hebat. Muslimah sejati yang luar biasa.

Oleh karena itu, jangan ditunda, tingkatkan kembali amalan-amalan surga yang dapat kita raih dari rumah seperti tersebut di atas. Tak usah malu ‘ hanya’ menjadi ibu rumah tangga. Sebab, kita adalah para ibu rumah tangga pemburu surga. Insya Allah.

Ummu Haniyya / dari berbagai sumber

13 sifat laki laki yang tidak disukai perempuan


13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Kategori: SimplyPositive
Para istri atau kaum wanita adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum wanita. Semoga bermanfaat.
Pertama, Tidak Punya Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa:1 Allah swt. Berfirman: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Dalam ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.
Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut:Waaasyiruuhunna bil maruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.
Ketiga, Sombong
Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi: Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.
Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita karena prilaku sombong seorang suami.
Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.
Kelima, Plinplan
Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa (An Nisa:34).
Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin(apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.
Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Quran. Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.
Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut (auudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw. terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.
Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni auudzubika minal ajizi wal kasal , kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.
Kesepuluh, Cuek Pada Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak. Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.
Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para wanita.
Kesebelas, Menang Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.
Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.
Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bahu yang tidak enak. Allahu alam

Asiyah istri Fir'aun yang penyabar dan sholihah



Asiyah, istri raja Fir’aun yang dijadikan simbol sebagai seorang istri penyabar, meski telah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Semula Asiyah adalah satu-satunya wanita yang sangat dicintai oleh raja Fir’aun. Meski Fir’aun dikenal sebagai raja kejam yang tak segan-segan melakukan pembunuhan terhadap siapa saja yang menentangnya, namun terhadap wanita ini Fir’aun sepertinya masih ada perasaan “bertekuk lutut”nya. Kepada wanita ini Fir’aun rela mempersembahkan apa saja sebagai bukti rasa cintanya, termasuk salah satunya mengangkat Musa sebagai anak angkat atas permintaan Asiyah, yang sebenarnya kelak akan menjadi musuhnya sendiri. Disebutkan bahwa Asiayah memang seorang wanita yang begitu cantik. Kecantikan wajah yang dimiliki juga diimbangi dengan keluhuran budi yang mulia. Maka tak heran jika Fir’aun mau menberikan cintanya kepada istrinya itu, konon Fir’aun membangun sebuah istana kecil di pinggir sungal Nila yang khusus dipersembahkan kepada Asiyah, istri tercintanya.

Di awal-awal kehidupan berumah tangga tentu Asiyah masih bisa merasakan kebahagiaan sebagai istri seorang raja. Namun kebahagian itu tidak bisa dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Sejak Fir’aun mengaku diri sebagai Tuhan, sekaligus memaksa kepada semua rakyatnya untuk menyembahnya, sejak saat itulah tekanan batin mulai dirasakan Asiyah. Paksaan Fir’aun supaya disembah dan diakui sebagai Tuhan tidak hanya berlaku bagi semua rakyat, namun juga terhadap Asiyah, istri Fir’aun sendiari. Dalam posisi seperti itu Asiyah tidak bisa berbuat banyak kecuali harus menuruti apa yang dipaksakan suami, meski dalam hati ia berontak.

Asiyah bukanlah tipe wanita yang gampang minta cerai. Ya, wanita ini bukan model istri yang sedikit-sedikit ngambek, ngga sabaran, hingga gampang memutuskan untuk minta pisah. Asiyah adalah contoh wanita yang begitu sabar menghadapi keburukan sikap dari sang suami. Meski suami terus memperlakukan tidak baik terhadapnya, namun tetap saja ia berusaha untuk sabar dan tabah menghadapi cobaan derita tersebut. Begitu sabar dan tabahnya sikap Asiyah, sampai-sampai ia mau berkorban nyawa menghadapi perlakuan suaminya itu.
Dikisahkan bahwa Asiyah sebenarnya mulai meyakini ajaran agama yang dibawa oleh Musa, anak angkatnya. Sejak Musa bersama Harun berusaha untuk meyadarkan Fir’aun, diam-diam Asiyah mulai sadar bahwa Tuhan yang sesungguhnya bukanlah suaminya, melainkan Dzat yang menciptakan bumi berserta isinya ini. Dan puncak dari ketabahan Asiyah hingga ia harus menerima siksaan dari Fir’aun adalah ketika Fir’aun menerima kekalahaan atas Musa pada saat pertarungan adu kekuatan antara ahli sihir Fir’aun dengan kekuatan mu’jizat yang diberikan Allah kepada Musa.

Ternyata Asiyah yang telah menyaksikan jalannya pertarungan sihir tersebut mendapat hidayah dari Allah atas peritiwa itu dan langsung beriman kepada Tuhannya Musa. Bertahun-tahun lamanya ia memendam ketidakpercayaan terhadap suaminya yang mengakui sebagai Tuhan, kini wanita tersebut menjadi sadar bahwa ada Tuhan yang sesungguhnya. Peristiwa yang baru disaksikan adalah sebuah bukti dari kekuasaan Allah yang mampu membuka mata batinnya untuk menerima keimanan sebagai pegangan hidup. Seketika itu Asiayah menyatakan diri sebagai muslim bahkan dia juga berani berterus terang kepada Fir’aun.

Firaun murka dan menjatuhkan hukuman kepadanya. Para algojo diperintahkan Firaun untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu. Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya yang telanjang di hadapankan langsung ke arah datangnya sinar matahari. Asiyah pastilah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, demikian pikir Firaun.

Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, segera malaikat menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tak merasakan sengatan matahari yang ganas itu. Asiyah tetap segar-bugar meskipun sudah dihukum berat.

Kemarahan Fir’aun terhadap Asiyah semakin menjadi-jadi manakala Asiyah tetap tidak mau mengakui Fir’aun sebagai Tuhan dan lebih memilih mempercayai aqidah yang dibawa Musa dan Harun, walaupun Fir’aun sudah berusaha membujuknya, bahkan mengancamnya. Dan kemudian Fir’aun mengutus seseorang untuk datang kepada istrinya itu. Kepada utusan tersebut Fir’aun berkata, “Bawalah sebuah batu yang besar. Jika Asiyah tetap beriman pada Tuhan Musa dan Harun, pukulkan batu besar itu ke kepadanya. Namun jika ia mengubah pendiriannya maka tetaplah ia menjadi istriku”.

Maka pada saat utusan tersebut sampai kepada Asiyah, istri Fir’aun ini sedang mendongakkan kepalanya ke langit. Untuk selanjutnya ia berdo’a kepada Allah. Al qur’an mengabadikan do’a Asiyah tersebut dalam sebuah ayat berikut:
“Wahai Tuhan, bangunkanlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam surga dan selamatkan daku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan daku dari kaum yang dzalim.” (QS. Ath-Tahrim: 11).

Utusan Fir’aun itu mendekat dan menanyakan perihal keimanan yang dipegang teguh Asiyah. Wanita ini dengan tegarnya menjawab bahwa dia tetap dalam pendiriannya; mengakui bahwa ajaran yang dibawa Musa dan Harun adalah ajaran yang benar. Asiyah menyatakan dengan tegas bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sesuai dengan perintah Fir’aun , utusan itupun langsung mengangkat batu besar yang akan dipukulkan ke kepala Asiyah. Namun sebelum batu tersebut mengenai kepalanya, terlebih dahulu Allah memerintahkan kepada malaikat Izrail untuk mencabut nyawa wanita mulia ini. Dengan demikian Asiyah selamat dari siksaan pukulan batu yang akan dibenturkan oleh utusan Fir’aun. baru setelah tubuh Asiyah ambruk tak bernyawa lagi, utusan itu langsung membenturkan batu besar ke kepala Asiyah hingga kepalanya berlumuran darah.

Subhanallah! Begitu tegar hati Asiyah dalam mempertahankan keimannya. Dia rela menerima kemurkaan suami, bahkan rela menaruhkan nyawanya demi mempertahankan iman dan taqwanya kepada Allah. Adakah wanita semacam Asiyah di era dimana banyak kaum wanita yang menuntut adanya emansipasi ini?. Entahlah! Yang jelas sungguh sangatlah pantas jika Allah mengabadikan kisah kesabaran dan ketabahan Asiyah didalam Al Qur’an. Bahkan sangat tak berlebihan jika Nabi sendiri menyerukan kepada umat perempuannya untuk banyak banyak belajar kepada wanita yang satu ini.malah Nabi menyatakan dengan tegas bahwa siapapun yang bisa menjalani hidup sabar atas penderitaanya dalam rumah tangga, maka ia akan diberi pahala surga, sebagaimana Asiyah.

(Istri2 Calon Penghuni Surga & Neraka / Asrifin An Nakhrawie S.ag & Berbagai sumber)

~Mee~